Monday, January 11, 2010

pemadam VS kapur

Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam.Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri 
saya ada  kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka
berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka  katalah "Pemadam!"
Murid-muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian  mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik, sekarang perhatikan.Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi,tentu sajamurid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk 
mengubahnya..


Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang 
beberapa saat, permainan berhenti.Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
"Murid-murid, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq,yang
bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh-musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan 
sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin
akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus  disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai 
dan  etika. "Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang 
pelik, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang 
lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi 
suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya.. "Paham cikgu..."


"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.. "Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya  mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan  lain-lain. Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. "Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. ..Musuh-musuh 
Islam  tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang. ..Kerana tentu anda akan 
menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina  dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari  pinggir, sehingga anda tidak sedar."


Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang  kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai  dgn  tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah
dihancurkan. .." "Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak  akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan  meletihkan
anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."


"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya mereka."Sesungguhny a dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib,Perang Tartar, danlain-lain.Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang 
perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak
terang-terangan,mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sedar.""Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..."Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...


No comments:

Post a Comment